Gangguan fonologis mencakup masalah dalam artikulasi. Gangguan gagap adalah gangguan pola waktu dan kefasihan berbicara yang biasa terjadi. Kedua gangguan komunikasi tersebut terjadi pada keluarga dan sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan. Ahli terapi bahasa dan bicara menangani anak-anak untuk meningkatkan keterampilan komunikasi dan mengajarkan orang tua untuk melanjutkan kegiatan terapi berbicara di rumah.
Gagap secara sederhana terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu : gagap permulaan (primary suttering), gagap transisi atau peralihan, dan gagap yang sebenarnya (secondary suttering). Gagap permulaan biasa disebut gagap ringan, biasanya diderita anak berumur 3 atau 4 tahun. Dan belum sadar dengan kegagapannya. Walaupun ia telah melakukan pengulangan dan perpanjangan tapi ia tidak takut berbicara karena ketidaksadarannya itu. Biasanya yang menyebabkan si penderita merasa gagap adalah telinga orang lain, yang mulai mengingatkannya.
Pada tahapan gagap transisi sebenarnya penderita masih bisa bergaul dengan lingkungannya, tapi karena sudah merasa ada kelainan pada cara bicaranya. Lama-lama akan mempengaruhi sehingga ia bisa masuk dalam kategori secondary suttering. Apalagi jika si penderita tidak langsung diobati. Pada tahap gagap yang sebenarnya si penderita sudah merasa takut untuk berbicara. Dan ada pula tanda-tanda lain yang tidak diketemukan pada dua tahap sebelumnya. Pada penderita gagap selain ada gejala utamanya juga ada gejala penyertanya yang tampak dan tidak tampak.
Videbeck, Sheila. L. 2001. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : EGC
Gagap secara sederhana terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu : gagap permulaan (primary suttering), gagap transisi atau peralihan, dan gagap yang sebenarnya (secondary suttering). Gagap permulaan biasa disebut gagap ringan, biasanya diderita anak berumur 3 atau 4 tahun. Dan belum sadar dengan kegagapannya. Walaupun ia telah melakukan pengulangan dan perpanjangan tapi ia tidak takut berbicara karena ketidaksadarannya itu. Biasanya yang menyebabkan si penderita merasa gagap adalah telinga orang lain, yang mulai mengingatkannya.
Pada tahapan gagap transisi sebenarnya penderita masih bisa bergaul dengan lingkungannya, tapi karena sudah merasa ada kelainan pada cara bicaranya. Lama-lama akan mempengaruhi sehingga ia bisa masuk dalam kategori secondary suttering. Apalagi jika si penderita tidak langsung diobati. Pada tahap gagap yang sebenarnya si penderita sudah merasa takut untuk berbicara. Dan ada pula tanda-tanda lain yang tidak diketemukan pada dua tahap sebelumnya. Pada penderita gagap selain ada gejala utamanya juga ada gejala penyertanya yang tampak dan tidak tampak.
Videbeck, Sheila. L. 2001. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar