Senin, 12 April 2010

Kata-kata Bijak

Masalah Kita Manusia

Masalah-masalah kita adalah buatan manusia, maka dari itu, dapat diatasi oleh manusia. Tidak ada masalah dalam takdir manusia yang tidak terjangkau oleh manusia.

Our problems are man-made, therefore they may be solved by man. No problem of human destiny is beyond human beings.
~ John F. Kennedy


Kata Bijak Kesenangan

Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup yang diidamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa kesenangan adalah cara gembira menuju kegagalan..

~ Mario Teguh

Tanggung Jawab Anda

Anda bertanggung jawab atas kehidupan anda. Anda tidak bisa terus menerus menyalahkan orang lain untuk kesalahan-kesalahan dalam hidup anda. Hidup ini sebenarnya adalah tentang melanjutkan kehidupan itu sendiri.

You are responsible for your life. You can’t keep blaming somebody else for your dysfunction. Life is really about moving on.
~ Oprah Winfrey

Imajinasi dan Pengetahuan

Imajinasi jauh lebih penting dari pada pengetahuan. Imagination is more important than knowledge.
~ Albert Einstein

Minggu, 11 April 2010

Prinsip Guru dan Orang Tua dalam pengajaran matematika

1. Menyiapkan anak untuk belajar matematika

Diawali dengan ketidaksiapan anak untuk belajar matematika. Ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan terus menerus agar anak dapat belajar matematika :

- Mengelompokkan benda menurut sifat dan betuk

- Mengenal jumlah anggota benda

- Menghitung benda

- Menyusun kepingan Puzzle

- Mengurutkan benda dari kecil sampai besar dan benda pendek ke panjang

2. Mulai dari konsep konkret sampai konsep absrak

Secara konkret anak masih menjumlah dengan benda dan simbol. Secara abstrak dengan mengantikan benda dan symbol ke dalam angka.

3. Kesempatan berklatih dan mengulang

Untuk memahami berbagai konsep matematika anak perlu latihan dengan metode yang bervariasi oleh guru dan orang tua. Variasi diperlukan agar anak tidak jenuh. Berikan suaanan belajar matematika yang manyenangkan dan tanpa adanya ketaktan akan pelajaran itu

4. Generlisasi

Biarkan anak mengkaitkan keterampilannya dalam berbagai situasi yang berbeda. Seperti menganti angka-angka dengan sebuah soal cerita yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

5. Menyadari kelebihan dan kekurangan anak

Orang tua dan guru harus mengetahui kelebihan dan kekurangan dari si anak agar bisa menempatkan metode yang tepat untuk pembelajaran.

6. Membangun konsep matematika

a. menekan pembelajaran matematika

b. Program yang tersusun dan sistematis

c. Memberikan pelatihan-pelatihan yang diperlukan

d. Mengkaitkan topik satu dan lain

7. Kalkulator

Penggunaan kalkulator diperbolehkan sesudah anak memahami tentang kalkulasi. Manfaat kalkulator untuk mengecek pekerjaaan anak.

Membina keterampilan menghitung sama dengan membina kemampuan anak mengingat konsep dan prosedur yang telah dipelajari sebelumnya. Untuk memenuhi kebutuhan anak berkesulitan belajar perlu dilakukan straegi yang tepat dalam mengajarkan matematika.

Aziz, Rini.Utami. 2006. Jangan biarkan anak kita berkesulitan belajar. Solo : Tiga serangkai.




Penanganan pada anak Diskalkulia

  1. Guru dan orang tua harus menyadari taraf perkembangan anak
  2. Pendekatan yang sistematis dengan alokasi waktu yang tepat buat anak
  3. Perlu stategi belajar yang efektif dan memancing anak untuk memepertanyakan matematika dalam dirinya
  4. Pelatihan dan bimbingan buat anak-anak yang akan membantu pemecahan masalah dalam menghadapi kesulitan pelajaran matematika
  5. Memverbalisasikan konsep matematika yang rumit dengan cermat. Dengan cara ini mempermudah anak untuk mengerti konsep matematika
  6. Tulis angka-angka diatas kertas untuk mempermudah anak melihat. Dan menuliskan urutan angka-angka untuk membantu memahami konsep angka secara keseluruhan.
  7. Jangan biarkan anak untuk berpikir secara abstrak sulu tentang matematika
  8. Matematika dapat digunakan dalam konsep kegiatan sehari-hari. Seperti mengajak anak untuk menghitung kursi yang ada dimeja makan. Usahakan anak aktif untuk menghitung dalam kegiatan ini
  9. Berikan pujian ketika anak sudah menujukkan kemajuan,, tetapi jangan terlalu menekan anak untuk pandai berhitung
  10. Gunakan gambar agar anak merasa nyaman dan tidak terlalu fokus dengan penghitungan. Gunakan gambar yang menyenangkan
  11. Ingatan anak diasah terus menerus agar ingatannya tentang informasi-informasi yang ada tidak terbuang.

Muhammada, Jamila. 2007. Special Education for special children. Alih Bahasa: Edy Sembodo. Jakarta : Hikmah.

Ciri-ciri penderita diskalkulia :

  1. kesulitan mengenal konsep nilai, jumlah, urutan angka, pembagian, perkalian, dll
  2. Tidak bisa memperkirakan ukuran atau jarak
  3. Tidak bisa membedakan tanda atau simbol kurang, kali, bagi, tambah, akar, dan tanda aritmatika lainnya
  4. Ketidamampuan membedakan kanan, kiri, dan arah mata angin
  5. Kesulitan dalam pengertian bagian ( ½, 1/8, 1/16)
  6. Tak mampu mengurutkan informasi yang ada
  7. Tidak bisa membaca urutan angka, dan membalik kata ketika diulang
  8. Tidak bisa menghitung uang kembalian dan matematika sedrhana dalam kehidupan sehari-hari
  9. Kesulitan membaca jam, waktu dan tidak mengerti perhitungan hari, minggu, bulan, dan tahun

Muhammada, Jamila. 2007. Special Education for special children. Alih Bahasa: Edy Sembodo. Jakarta : Hikmah.

Penyebab Diskalkulia

Penyebab Diskalkulia

Masalah diskalkulia adalah masalah yang memberi dampak terhadap operasi perhitungan dalam matematika. Diskalkulia disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranyadalah proses pengamatan., yaitu anak-anak tidak dapat mengamati nomor dan matematika secara keseluruhan. Mereka sering mengalami masalah dalam mengenal nomor. Masalah yang lain adalah dalam aspek penyusunan. Masalah yang disebabkan fungsi fisiologis tubuh :

  • Diskalkulia berkorelasi dengan luka pada area spesifik otak yaitu: supramarginal dan angular gyri yang menjembatani lobus temporal dan parietal pada kulit otak.
  • Diskalkulia berkorelasi dengan deficit pada kemampuan memori jangka pendek.
  • Anak dengan gejala diskalkulia berkecenderungan untuk memiliki anggota keluarga dengan gejala yang sama.


Muhammada, Jamila. 2007. Special Education for special children. Alih Bahasa: Edy Sembodo. Jakarta : Hikmah.

Definisi Diskalkulia




Diskalkulia adalah kesulitan belajar yang menyebabkan anak menjadi tidak bisa berhitung. Mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika. Diskalkulia terjadi ketika anak tidak mampu memahami konsep-konsep hitung aau mengenali symbol-simbol aritmatika (tambah, kurang, bagi, kali, akar). Anak juga bisa mengalami gangguan dan kemampuan persepsi visual dan motorik. Misalnya anak hanya dapat apabila ia memegangnya secara berurutan. Selain itu masih ada sejumlah gangguan lain seperti gangguan orientasi ruang, ketika anak sulit mengenali konsep atas bawah, tinggi rendah.

S.J, Dorst., Wanci, Geraldine.K., dkk. 2008. Perilaku anak usia dini. Yogyakarta : Kanisius.





Pendekatan Teori Disgrafia


Teori konstruksi sosial Vygotsky (Santroks:2004) memiliki tiga 
  asumsi, yaitu:
  1. kemampuan kognitif anak dapat dipahami hanya ketika mereka mampu
     menganalisa dan menginterpretasikan sesuatu;
  2. kemampuan kognitif anak dimediasi oleh penggunaan bahasa atau
     kata-kata sebagai alat untuk mentransformasi dan memfasilitasi
     aktivitas mental; dan
  3. kemampuan kognitif berkaitan dengan hubungan sosial dan latar
     belakang sosial budaya.
 
  Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, Vygotsky mengemukakan tiga 
  konsep belajar sebagai berikut.
  
  1. Zone of Proximal Development (ZPD), yaitu suatu wilayah (range)
     antara level terendah, yaitu kemampuan yang dapat diraih anak 
     jika tanpa bimbingan, hingga level tertinggi, yaitu kemampuan 
     yang dapat diraih anak jika dengan bimbingan.
  2. Scaffolding, yaitu teknik untuk mengubah tingkat dukungan.
  3. Language and thought.
 
  Aplikasi teori Vygotsky dapat digunakan guru dan orang tua untuk
  membantu anak yang mengalami disgrafia.
 
  Langkah-langkah yang dapat dilakukan meliputi:
    1. Mengidentifikasi masalah disgrafia, terdiri dari:
     a) masalah penggunaan huruf kapital,
     b) ketidakkonsistenan bentuk huruf,
     c) alur yang tidak stabil (tulisan naik turun), dan
     d) ukuran dan bentuk huruf tidak konsisten.
 
  2. Menentukan ZPD pada masing-masing masalah tersebut.
     a) ZPD untuk kesalahan penggunaan huruf kapital.
     b) ZPD untuk ketidakkonsistenan bentuk huruf.
     c) ZPD untuk ketidakkonsistenan ukuran huruf.
     d) ZPD untuk ketidakstabilan alur tulisan.
 
  3. Merancang program pelatihan dengan teknik scaffolding. Teknik   
     scaffolding dalam pelatihan ini meliputi tahapan sebagai berikut.
     a. Memberikan tugas menulis kalimat yang didiktekan orang
        tua/guru.
     b. Bersama-sama dengan siswa mengidentifikasi kesalahan tulisan
        mereka.
     c. Menjelaskan mengenai pelatihan dan ZPD masing-masing
        permasalahan.
     d. Menjelaskan kriteria penulisan yang benar dan meminta anak
        menyatakan kembali kriteria tersebut.
     e. Memberikan latihan menulis dengan orang tua/guru memberikan
        bantuan.
     f. Mengevaluasi hasil pekerjaan siswa bersama-sama dengan anak.
     g. Memberikan latihan menulis dengan mengurangi bantuan terbatas 
        pada kesalahan yang banyak dilakukan anak.
     h. Mengevaluasi hasil pekerjaan bersama-sama dengan anak.
     i. Memberikan latihan menulis tanpa bantuan orang tua/guru.
     j. Mengevaluasi pekerjaan anak.
 
  Pelatihan tersebut diulang-ulang pada tiap-tiap kesalahan disgrafia
  yang dialami anak hingga terdapat perubahan.
  
  Referensi:
 
  Santrock, John W. Educational Psychology. McGraw-Hill Companies.



Penanganan Disgrafia

Penanganan Disgrafia

Ada beberapa tahap penanganannya:

  1. Melatih keterampilan pramenulis :

- Meraih, meraba, memegang,

- Mencari perbedaan, persamaan, berbagai benda, bentuk, warna

- Menelusuri bentuk geometris

- Menghubungkan titik-titik

- Membuat garis horizontal dan vertikal

- Membuat garis lengkung, garis lurus dan lingkaran

- Menyalin bentuk-bentuk sedrhana

  1. Guru dan orang tua menunjukkan huruf yang akan ditulis
  2. Guru menyebutkan nama huruf dan menuliskannya. Seperti menunjukkan cara membuat suatu huuf dengan perlahan-lahan kepada si anak
  3. Anak mengamati huruf-huruf dan membacanya dengan keras dan jelas dengan gerakan tangan dengan mengikuti gerakan guru
  4. Anak menyalin huruf di kertas

Selanjutnya untuk mengeja, dapat dilakukan sebagai berikut :

  1. Guru menuliskan dan mengucapkan sedangkan anak mendengar
  2. Anak menelusuri kata, mengucapkan, kemudian menyalin
  3. Anak menulis tanpa contoh

Strategi untuk menciptakan suasana pembelajaran untuk anak yang urang minat menulis :

  1. Memberi kesempatan pada anak untuk banyak menulis apapun tulisannya itu
  2. Memperbanyak buku latihan yang dapat menarik perhatian anak untuk menulis
  3. berikan dorongan moril untuk anak
  4. Biarkan anak untuk menulis sesuka hatinya tanpa mendikte.

Aziz, Rini.Utami. 2006. Jangan biarkan anak kita berkesulitan belajar. Solo : Tiga serangkai.






Ciri-ciri anak penderita disgrafia :

1. Cara mengengam alat tulis yang tidak lazim dari anak kebanyakan

2. Anak tidak selesai dalam menulis sebuah kalimat atau paragraf

3. Terdapart keluhan sakit pada lengan dan telapak tangan ketika anak sedang menulis

4. Bentuk ukuran dan tulisan yang tidak lumrah seperi anak normal lainnya. Kadang dalam satu kertas, bisa mereka habiskan untuk beberapa huruf

5. Mengeja saat membaca

6. Ekstra perjuangan pada saat menulis dan sepetinya menemui kesulitan dalam menulis.

7. Berbicara sendiri ketika sedang menulis dan terlalu terpaku pada tangan yang sedang menulis

8. Adanya pencampuran antara huruf besar dan huruf kecil

Aziz, Rini.Utami. 2006. Jangan biarkan anak kita berkesulitan belajar. Solo : Tiga serangkai.

Faktor yang mempengaruhi Disgrafia

Ada beberapa faktor yang yang mempengaruhi keidakmampuan menulis (disgrafia). Diantaranya motorik, perilaku, persepsi, memori, dan pemahan instruktur. Motorik halus yang lemah dalam hal gerak tangan yang lemah dalam menekan pensil akan meyulitkan anak dalam mengembangkan kemampuan menulis. Perilaku anak yang kurang memperhatikan dan konsentrasi akan menghambat anak untuk menulis. Hal yang menyulitkan menulis adlah persepsinya yang sulit dalam mendengar dan membedakan huruf-huruf. Memori anak yang sulit mengingat kembali yang hal-hal yang didengar dan dilihat juga menjadi unsur yang penting yang harus diperhatikan. Penyebab disgrafia belum diketahui penyebabnya , tetapi diduga karena adanya kejadian traumatic yang menganggu perkembangan si anak. Pengaruh keturunan juga ikut andil dalam penyebb disgrafia. Penyebab lainnya yaitu lesi, terdapat defisit sensorik penyimpanan laterisasi yang ada di otak.

Aziz, Rini.Utami. 2006. Jangan biarkan anak kita berkesulitan belajar. Solo : Tiga serangkai.