Masa anak-anak adalah masa yang indah dan unik dan jarang setiap anak memiliki pengalaman yang sama persis. Ada sebagian anak-anak yang memiliki sifat yang istimewa yang membutuhkan perlakuan khusus dari orang lain dari orang-orang sekitarnya. Seorang ibu sangat berperan dalam interaksi ini. Setiap ibu didunia pasti menginginkan anaknya tumbuh kembang dengan sehat, memiliki anak yang cerdas, mandiri, juga bisa berinteraksi dengan baik terhadap lingkungan sekitar. Seorang ibu akan sangat kaget apabila anak-anaknya menjadi pasif, menjauh dari kontak sosial, dan terus menyendiri. Hati seorang ibu mana yang tega melihat anaknya seperti itu. Seakan tersayat-sayat apabila anaknya diolok-olok orang yang tidak berperasaan. Sebagai seorang ibu jaganlah pandang ini sebagai akhir dari segalanya dan jangan menganggap anaknya yang Autisme tidak akan berguna bagi lingkungan bermasyarakat.
Emosi dan tingkah laku yang tidak terkendali dari anak-anak penyandang autis, kadang kala membuat ibu mereka lelah. Lelah secara fisik mungkin tidak begitu mereka rasakan tapi lelah secara psikis sangat mempengaruhi tubuh mereka sehingga menjadi lelah.
A. Pengertian Autisme
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang:
• interaksi sosial,
• komunikasi (bahasa dan bicara),
• perilaku-emosi,
• pola bermain,
• gangguan sensorik dan motorik
• perkembangan terlambat atau tidak normal.
Seorang penderita Autisme menderita akibat kekurangan makan dalam hidupnya, maka dukungan seorang ibu menjadi prioritas utama sebagai pemberi rasa aman bagi anak-anaknya yang autisme.
Watak anak penyandang Autisme
Sebetulnya tidak ada bedanya anak yang normal dan anak penyandang autis secara fisik. Dalam suatu kondisi apabila anak normal dengan penyandang autis di masukkan dalam kelompok bermain yang sama takkan ada bedanya dari tubuh mereka, tapi jika diperhatikan lebih jeli lagi perbedaan mereka akan terlihat. Bisa dilihat jika penyandang autisme tidak akan ada komunikasi kontak mata seperti anak-anak normal lainnya. Saat mengadakan perbincangan pun tidak akan ada kontak mata.
Cara Bergerak
Pergerakan anak autisme tidak bisa diprediksi, ada beberapa dari mereka berjalan kaku seperti robot dan kadangkala bergerak seperti penari handal. Pergerakan bisa mereka lakukan dimana saja dan tidak diketahui rentang waktunya.
Tingkah Laku
Terdapat dua macam tipe tingkah laku dari anak-anak penyandang Autisme, yaitu Hipoaktif dan Hiperaktif. Kebanyakan dari mereka bertingkah laku secara hiperaktif. Berlari-lari tak henti-hentinya, melakukan goyangan-goyangan secara berulang-ulang. Sifat temperamental juga termasuk ke dalam tingkah laku dari anak-anak autis itu sendiri. Melakukan berbagai agresi seperti mengamuk, melempar dan merusakkan mainan. Sebagai ibu kita akan melakukan apa saja agar agresi itu tidak terjadi. Sebagai ibu hendaknya memberikan aktivitas-aktivitas yang tidak membuat mereka jemu.
Keadaan Emosi
Anak-anak ini sangat sulit untuk memahami perasaan orang lain. Mereka tidak tahu cara menunjukkan rasa sedih terhadap orang lain. Kadangkala orang tua mereka memukul mereka, tetapi mereka masih bisa tertawa. Ada anak-anak yang tertawa sepanjang hari. Hatinya selalu gembira dan menganggap tidak ada masalah yang bisa membebani.
Interaksi Sosial
Anak-anak autis tidak suka bergaul dan tidak tahu cara berinteraksi dengan orang lain. Mereka lebih senang menyendiri dan melakukan penjauhan dari kontak sosial. Mereka tidak memahami etika sosial seperti cara bercakap-cakap dan melakukan diskusi. Kesalahan-kesalahan yang mereka buat seakan-akan tidak anak-anak itu sadari. Peran ibu disini adalah sebagai pendidik yang terperinci dalam interaksi terhadap orang lain.
Pakar dalam bidang Autisme memberikan ujian khusus bagi anak-anak autis sehingga dapat mendeskripsikan keistimewaan yang ada pada anak-anak itu. Seperti memecahkan suatu masalah, memiliki kreativitas, dapat memainkan alat musik, dan meyeleseikan masalah matematika yang sulit. Keistimewaan ini jarang dimiliki bagianak-anak autis dan hal ini memerlukan bimbingan dari ibu maupun ayah. Berikut adalah beberapa dukungan dari seorang ibu atau ayah terhadap anak mereka yang autis:
Menjaga Hati
Anak-anak autisme juga memiliki perasaan, sehingga jangan pernah ada kata-kata kasar dan kutuk apapun dari bibir orang tua apalagi seorang ibu. Hali ini akan menyebabkan pikiran mereka menjadi slalu negative terhadap orang-orang disekitarnya. Merasa tidak diperhatikan dan tidak disayang akn terus berada dihati mereka. Berikanlah tugas-tugas yang menyenangkan buat mereka dan berikan kata-kata pujian agar merek bisa berkembang dari akivitas mereka.
Berbincang-bincang
Ajaklah mereka bercakap-cakap walaupun kata-kata yang mereka jawab tidak sepenuhnya sama dengan jawaban orang awam. Berikan mereka ruangan untuk bisa bercakap-cakap dengan orang lain, dan mengajak mereka melihat-lihat lingkugan sekitar. Jangan malu mengajak mereka untuk berinteraksi dengan orang lain misalnya tetangga sekitar. Komunikasi adalah hal yang sangat penting walaupun dalam berkomunikasi mereka tidak mengadakan kontak mata, tapi mereka mendengar. Mereka akan memandang mata kita apabila terdapat kepercayaan dasar dan merasa aman terutama dengan ibunya.
Libatkan dalam perkumpulan
Ajaklah anak-anak autis untuk bermain dengan anak-anak lain. Mereka tidak tahu bagaimana cara mengadakan hubungan dengan anak-anak lain. Gariskan apa saja hal-hal yang penting dalam mewujudkan anak-anak kita yang autis dengan anak-anak lain. Seringkali mereka akan mengoyang-goyangkan tangan dan mengosok-gosok mata berulang kali. Gantikan tabiat jelek itu dengan aktivitas-aktivitas yang bisa membuat mereka lupa dengan tabiat mereka.
Pendekatan belajar
Para ahli teori belajar bahwa tingkah laku abnormal dari anak-anak autis (agresi, menyendiri) sering diberikan hadiah (perhatian, kecupan, pelukan) yang dirancang untuk mengalihkan anak agar bertingkah laku normal (Ferster, 1961). Sebagai orang tua haruslah mengurangi penguatan itu karena bisa mereka hanya akan menghilangkan tingkah laku itu hanya sebentar.
Pengembangan bakat
Jika anak-anak mempunyai bakat dan mint dalam bidang tertentu, kembangkanlah bakat itu agar anak-anak itu bisa meningkatkan hidp mereka. Kemungkinan saja bakat-bakat mereka itubisa berguna ketika mereka dewasa kelak.
Setiap anak-anak autis memiliki keistimewaan masing-masing, oleh karena itu kita sebagai seorang ibu harus memperhatikan setiap perkembangan yang ada dari anak-anak kita. Anak kita adalah sesatu yang memiliki kualitas yang unik. Anak-anak itu sangat memerlukan kita sebagai orang tua, berperan dalam pemberi rasa aman dan kepercayaan terhadap anak-anak kita yang autis.
Jaganlah membeda-bedakan kasih saying kita dengan anak-anak lain yang memiliki kondisi yang normal. Jadilah lita sebagai prang tua yang aktif dalam membentuk interaksi anak-anak yang autis terhadap sodara-sodara sekandung mereka maupun dengan orang-orang disekitar lingkungan.
Referensi :
www.wikipedia.org
Razhiyah, K.A. 2009. Apa itu Autisme. Kuala Lumpur : PTS PROFFESIONAL.
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta : Kanisius.
Gracia Hutami Putri
2PA05
10508095
Emosi dan tingkah laku yang tidak terkendali dari anak-anak penyandang autis, kadang kala membuat ibu mereka lelah. Lelah secara fisik mungkin tidak begitu mereka rasakan tapi lelah secara psikis sangat mempengaruhi tubuh mereka sehingga menjadi lelah.
A. Pengertian Autisme
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang:
• interaksi sosial,
• komunikasi (bahasa dan bicara),
• perilaku-emosi,
• pola bermain,
• gangguan sensorik dan motorik
• perkembangan terlambat atau tidak normal.
Seorang penderita Autisme menderita akibat kekurangan makan dalam hidupnya, maka dukungan seorang ibu menjadi prioritas utama sebagai pemberi rasa aman bagi anak-anaknya yang autisme.
Watak anak penyandang Autisme
Sebetulnya tidak ada bedanya anak yang normal dan anak penyandang autis secara fisik. Dalam suatu kondisi apabila anak normal dengan penyandang autis di masukkan dalam kelompok bermain yang sama takkan ada bedanya dari tubuh mereka, tapi jika diperhatikan lebih jeli lagi perbedaan mereka akan terlihat. Bisa dilihat jika penyandang autisme tidak akan ada komunikasi kontak mata seperti anak-anak normal lainnya. Saat mengadakan perbincangan pun tidak akan ada kontak mata.
Cara Bergerak
Pergerakan anak autisme tidak bisa diprediksi, ada beberapa dari mereka berjalan kaku seperti robot dan kadangkala bergerak seperti penari handal. Pergerakan bisa mereka lakukan dimana saja dan tidak diketahui rentang waktunya.
Tingkah Laku
Terdapat dua macam tipe tingkah laku dari anak-anak penyandang Autisme, yaitu Hipoaktif dan Hiperaktif. Kebanyakan dari mereka bertingkah laku secara hiperaktif. Berlari-lari tak henti-hentinya, melakukan goyangan-goyangan secara berulang-ulang. Sifat temperamental juga termasuk ke dalam tingkah laku dari anak-anak autis itu sendiri. Melakukan berbagai agresi seperti mengamuk, melempar dan merusakkan mainan. Sebagai ibu kita akan melakukan apa saja agar agresi itu tidak terjadi. Sebagai ibu hendaknya memberikan aktivitas-aktivitas yang tidak membuat mereka jemu.
Keadaan Emosi
Anak-anak ini sangat sulit untuk memahami perasaan orang lain. Mereka tidak tahu cara menunjukkan rasa sedih terhadap orang lain. Kadangkala orang tua mereka memukul mereka, tetapi mereka masih bisa tertawa. Ada anak-anak yang tertawa sepanjang hari. Hatinya selalu gembira dan menganggap tidak ada masalah yang bisa membebani.
Interaksi Sosial
Anak-anak autis tidak suka bergaul dan tidak tahu cara berinteraksi dengan orang lain. Mereka lebih senang menyendiri dan melakukan penjauhan dari kontak sosial. Mereka tidak memahami etika sosial seperti cara bercakap-cakap dan melakukan diskusi. Kesalahan-kesalahan yang mereka buat seakan-akan tidak anak-anak itu sadari. Peran ibu disini adalah sebagai pendidik yang terperinci dalam interaksi terhadap orang lain.
Pakar dalam bidang Autisme memberikan ujian khusus bagi anak-anak autis sehingga dapat mendeskripsikan keistimewaan yang ada pada anak-anak itu. Seperti memecahkan suatu masalah, memiliki kreativitas, dapat memainkan alat musik, dan meyeleseikan masalah matematika yang sulit. Keistimewaan ini jarang dimiliki bagianak-anak autis dan hal ini memerlukan bimbingan dari ibu maupun ayah. Berikut adalah beberapa dukungan dari seorang ibu atau ayah terhadap anak mereka yang autis:
Menjaga Hati
Anak-anak autisme juga memiliki perasaan, sehingga jangan pernah ada kata-kata kasar dan kutuk apapun dari bibir orang tua apalagi seorang ibu. Hali ini akan menyebabkan pikiran mereka menjadi slalu negative terhadap orang-orang disekitarnya. Merasa tidak diperhatikan dan tidak disayang akn terus berada dihati mereka. Berikanlah tugas-tugas yang menyenangkan buat mereka dan berikan kata-kata pujian agar merek bisa berkembang dari akivitas mereka.
Berbincang-bincang
Ajaklah mereka bercakap-cakap walaupun kata-kata yang mereka jawab tidak sepenuhnya sama dengan jawaban orang awam. Berikan mereka ruangan untuk bisa bercakap-cakap dengan orang lain, dan mengajak mereka melihat-lihat lingkugan sekitar. Jangan malu mengajak mereka untuk berinteraksi dengan orang lain misalnya tetangga sekitar. Komunikasi adalah hal yang sangat penting walaupun dalam berkomunikasi mereka tidak mengadakan kontak mata, tapi mereka mendengar. Mereka akan memandang mata kita apabila terdapat kepercayaan dasar dan merasa aman terutama dengan ibunya.
Libatkan dalam perkumpulan
Ajaklah anak-anak autis untuk bermain dengan anak-anak lain. Mereka tidak tahu bagaimana cara mengadakan hubungan dengan anak-anak lain. Gariskan apa saja hal-hal yang penting dalam mewujudkan anak-anak kita yang autis dengan anak-anak lain. Seringkali mereka akan mengoyang-goyangkan tangan dan mengosok-gosok mata berulang kali. Gantikan tabiat jelek itu dengan aktivitas-aktivitas yang bisa membuat mereka lupa dengan tabiat mereka.
Pendekatan belajar
Para ahli teori belajar bahwa tingkah laku abnormal dari anak-anak autis (agresi, menyendiri) sering diberikan hadiah (perhatian, kecupan, pelukan) yang dirancang untuk mengalihkan anak agar bertingkah laku normal (Ferster, 1961). Sebagai orang tua haruslah mengurangi penguatan itu karena bisa mereka hanya akan menghilangkan tingkah laku itu hanya sebentar.
Pengembangan bakat
Jika anak-anak mempunyai bakat dan mint dalam bidang tertentu, kembangkanlah bakat itu agar anak-anak itu bisa meningkatkan hidp mereka. Kemungkinan saja bakat-bakat mereka itubisa berguna ketika mereka dewasa kelak.
Setiap anak-anak autis memiliki keistimewaan masing-masing, oleh karena itu kita sebagai seorang ibu harus memperhatikan setiap perkembangan yang ada dari anak-anak kita. Anak kita adalah sesatu yang memiliki kualitas yang unik. Anak-anak itu sangat memerlukan kita sebagai orang tua, berperan dalam pemberi rasa aman dan kepercayaan terhadap anak-anak kita yang autis.
Jaganlah membeda-bedakan kasih saying kita dengan anak-anak lain yang memiliki kondisi yang normal. Jadilah lita sebagai prang tua yang aktif dalam membentuk interaksi anak-anak yang autis terhadap sodara-sodara sekandung mereka maupun dengan orang-orang disekitar lingkungan.
Referensi :
www.wikipedia.org
Razhiyah, K.A. 2009. Apa itu Autisme. Kuala Lumpur : PTS PROFFESIONAL.
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta : Kanisius.
Gracia Hutami Putri
2PA05
10508095