Anak Penderita Dislexia
Dislexia adalah ketidakmampuan belajar dalam bidang membaca dimana prestasi membacanya jauh dibawah level yang diprediksi oleh IQ dan usia. Anak pengidap dislexia kesulitan dalam membaca dan menulis tetapi sangat ahli dalam bidang aritmetika, karena mereka bingung dengan perbedaan atas, bawah, kiri dan kanan. Penyakit ini disebabkan oleh kerusakan neurologis. Kerusakan neurologist dalam memproses suatu pembicaraan, ketidakmampuan mengenali kata-kata. Kerusakan dalam pemroses fonologis membuatnya sulit untuk mendekode kata, sehingga lemah dalam memori jangka pendek, kemamouan linguistic dan kognitif.
Anak dengan ketidak mampuan belajar sering kali memiliki kecerdasan mendekati rata –rata atau diatas rata-rata. Mereka juga memiliki penglihatan dan pendengaran yang normal. Mereka memiliki masalah dalam pemrosesan informasi sensoris. Mereka lebih cenderung melakukan tugas-tuagas yang dianggap mudah dari anak-anak yang normal. Hal ini berkaitan dengan kemampuan otaknya dalam memproses memori sangat lemah. Ketidak mampuan belajar dapat menyebabkan rusaknya kepercayaan diri dan prestasi.
Pengarahan untuk penderita Dislexia
Ketidakmampuan matematis mencakup kesulitan dalam menghitung, membandingkan angka, perhitungan, dan mengingat aritmetika dasar. Anak-anak penderita Dislexia bisa diajari membaca melalui pelatihan fonologis sistematis, dan membutuhkan waktu yang penjang serta kesabaran lebih untuk mendidiknya. Menurut Katamba fonologis adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari investarisasi seluruh bunyi ujar yang bisa diproduksi oleh manusia. Bentuk bunyi ujaran dengan segala sistem bahasa sampai bunyi ujaran itu dapat didengar melalui indera pendengaran.
Cara mengetahui penyakit Dislexia
Untuk membedakan anak-anak normal dengan anak-anak penderita dislexia agaknya merupakan tugas yang agak sulit, karena cara mengeja huruf pada anak-anak yang normal dengan anak-anak yang menderita dislexia tidak ada bedanya. Hal itu harus diketahui sedini mungkin, karena semakin muda anak menderita dislexia semakin mudah ia menguasai suatu pelajaran.
Menurut Bright Solution for Dislexia terdapat simpton dislexia yang dapat diperhatikan menurut peringkat umur tingkatan persekolahannya.
a. Prasekolah
- Lambat bertutur
- Mencampur bunyi dan suku kata dalam perkataan yang panjang. Contoh “hospital” tetapi menyebutnya “hostipal”
- Jangkitan telinga yang kronik
- Lambat membedakan kiri dan kanan
b. Sekolah Dasar
- Disgrafia, yaitu tulisan tangan yang lambat, tidak automatic dan sukar dibaca.
- Tidak bisa membedakan penyebutan vocal-vocal huruf yang hampir sama. contoh B, D, P semua huruf itu dibaca “B”
- Tidak bisa membaca huruf sambung
- Bacaan yang lambat, terputus-putus dan tidak tepat
c. Sekolah Menengah
- Tidak dapat menguasai bahasa asing
- Kesulitan mambaca not musik
- Rangking yang rendah dalam semua tingkatan kelas
d. Dewasa
- Membaca dengan lambat
- Selalu silap mengeja
- Tidak suka menulis memo atau surat
- Kadang keliru dengan huruf B dan D
Sebagai orang tua ataupun guru perlu memahami keadaan ini apabila mendidik anak-anak mereka. Kebanyakan dari mereka mengalami Clumsy dan kurang dapat bersosialisasi. Mereka perlu diajar bagaimana bertingkah laku dalam situasi yang spesifik.
Referensi :
Papalia, Diane E., Old, Sally W. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana.
Devaraj, Sheila., Roslan, Samsilah. 1993. Apa itu Dislexia?. Malaysia: PTS.
Anak dengan ketidak mampuan belajar sering kali memiliki kecerdasan mendekati rata –rata atau diatas rata-rata. Mereka juga memiliki penglihatan dan pendengaran yang normal. Mereka memiliki masalah dalam pemrosesan informasi sensoris. Mereka lebih cenderung melakukan tugas-tuagas yang dianggap mudah dari anak-anak yang normal. Hal ini berkaitan dengan kemampuan otaknya dalam memproses memori sangat lemah. Ketidak mampuan belajar dapat menyebabkan rusaknya kepercayaan diri dan prestasi.
Pengarahan untuk penderita Dislexia
Ketidakmampuan matematis mencakup kesulitan dalam menghitung, membandingkan angka, perhitungan, dan mengingat aritmetika dasar. Anak-anak penderita Dislexia bisa diajari membaca melalui pelatihan fonologis sistematis, dan membutuhkan waktu yang penjang serta kesabaran lebih untuk mendidiknya. Menurut Katamba fonologis adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari investarisasi seluruh bunyi ujar yang bisa diproduksi oleh manusia. Bentuk bunyi ujaran dengan segala sistem bahasa sampai bunyi ujaran itu dapat didengar melalui indera pendengaran.
Cara mengetahui penyakit Dislexia
Untuk membedakan anak-anak normal dengan anak-anak penderita dislexia agaknya merupakan tugas yang agak sulit, karena cara mengeja huruf pada anak-anak yang normal dengan anak-anak yang menderita dislexia tidak ada bedanya. Hal itu harus diketahui sedini mungkin, karena semakin muda anak menderita dislexia semakin mudah ia menguasai suatu pelajaran.
Menurut Bright Solution for Dislexia terdapat simpton dislexia yang dapat diperhatikan menurut peringkat umur tingkatan persekolahannya.
a. Prasekolah
- Lambat bertutur
- Mencampur bunyi dan suku kata dalam perkataan yang panjang. Contoh “hospital” tetapi menyebutnya “hostipal”
- Jangkitan telinga yang kronik
- Lambat membedakan kiri dan kanan
b. Sekolah Dasar
- Disgrafia, yaitu tulisan tangan yang lambat, tidak automatic dan sukar dibaca.
- Tidak bisa membedakan penyebutan vocal-vocal huruf yang hampir sama. contoh B, D, P semua huruf itu dibaca “B”
- Tidak bisa membaca huruf sambung
- Bacaan yang lambat, terputus-putus dan tidak tepat
c. Sekolah Menengah
- Tidak dapat menguasai bahasa asing
- Kesulitan mambaca not musik
- Rangking yang rendah dalam semua tingkatan kelas
d. Dewasa
- Membaca dengan lambat
- Selalu silap mengeja
- Tidak suka menulis memo atau surat
- Kadang keliru dengan huruf B dan D
Sebagai orang tua ataupun guru perlu memahami keadaan ini apabila mendidik anak-anak mereka. Kebanyakan dari mereka mengalami Clumsy dan kurang dapat bersosialisasi. Mereka perlu diajar bagaimana bertingkah laku dalam situasi yang spesifik.
Referensi :
Papalia, Diane E., Old, Sally W. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana.
Devaraj, Sheila., Roslan, Samsilah. 1993. Apa itu Dislexia?. Malaysia: PTS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar