A. Stress
Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau sulit. Stress membuat tubuh memproduksi hormone adrenalin yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Stress merupakan bagian dari kehidupan manusia. Stress yang ringan berguna dan dapat memacu seseorang untuk berpikir dan untuk berusaha lebih lagi sehingga bisa menjawab segala tantangan yang terjadi. Stress bukan saja kondisi yang menekan seseorang ataupun keadaan fisik atau psikologis seseorang maupun reaksinya terhadap tekanan tetapi stress adalah keterkaitan antara ketiga komponen yaitu stimulus, respon, dan proses (Prawita, 1989).
1. Stimulus
Keadaan atau situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau berbahaya yang menghasilkan perasaan tegang disebut stressor. Beberapa ahli yang menganut pendekatan ii mengkategorikan stressor menjadi tiga :
• Peritiwa katastopik, misalnya angina tornado dan gempa bumi
• Peristiwa hidup yang penting, misalnya kematian orang yang dicintai
• Keadaan kronis, misalnya dalam kondisi keseksakan atau kebisingan
2. Respon
Respon adalah reaksi seseorang terhadap stressor. Untuk itu dapat diketahui dari dua komponen yang saling berhubungan, yaitu komponen psikologis dan fisiologis.
• Komponen psikologis, seperti perilaku, pola piker dan emosi
• Komponen fisiologis yaitu detak jantung, keringat
3. Proses
Stres sebagai suatu proses terdiri dari stressor dan strain ditambah dengan satu dimensi penting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang berkelanjutan, yang disebut dengan istilah transaksi antara manusia dengan lingkungan, yang didalamnya termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang lain merasakannya.
Terdapat tiga model stres (Cox dalam Crider dkk, 1983), yaitu :
a. Respon-based model
Model ini mengacu pada sekelompok gangguan kejiwaan dan respon-respon psikis yang timbul pada situasi sulit. Model ini mencoba mengidentifikasikan pola-pola kejiwaan dan respon-respon kejiwaan.
b. Stimulus-based model
Tiga karakteristik penting dari stimuli stress adalah sebagai berikut :
o Overload, karakteristik ini diukur sebagai sebuah stimulus dating secara intens dan individu tidak dapat mengadaptasi lebih lama lagi
o Conflict, diukur ketika sebuah stimulus secara stimulant membangkitkan dua atau lebih respon yang tidak berkesesuaian.
o Uncontrollability, merupakan peristiwa-peristiwa dari kehidupan yang bebas atau tidak tergantung pada perilku dimana perilaku pada situasi ini menunjukkan tingkat stress yang tinggi.
c. Interactional model
Model ini adalah perpaduan dari respon-based model dan stimulus-based model.
Sumber-sumber potensi stres
a. Faktor lingkungan
Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres para karyawan dan organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika ekonomi memburuk orang merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaannya.
b. Faktor organisasi
Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan stres. Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi.
Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan individual, kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Sebagai contoh, bekerja di ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang selalu terganggu oleh suara bising dapat meningkatkan kecemasan dan stres. Dengan semakin pentingnya layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional bisa menjadi sumber stres. Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran menciptakan ekspektasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi.
Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan. Tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat meyebabkan stres, terutama di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
c. Faktor pribadi
Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres. Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan. Studi terhadap tiga organisasi yang berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala stres yang dilaporkan sebelum memulai pekerjaan sebagian besar merupakan varians dari berbagai gejala stres yang dilaporkan sembilan bulan kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren untuk mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor individual yang secara signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang. Artinya, gejala stres yang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu.
Jenis Stres
Selye mengidentifikasikan tiga tahap dalam respon sistematik tubuh terhadap kondisi-kondisi penuh stress, yang diistilahkan General Adaptasion Syndrome (GAS). Tahap pertama adalah alarm reation dari system saraf otonom termasuk di dalamnya peningkatan sekresi adrenalin, detak jantung, tekanan darah dan otot menegang. Tahapan kedua diikuti oleh tahapan resistance atau adaptasi yang didalanya termasuk berbagai macam coping secara fisik. Tahap ketiga yaitu exhaustion atau kelelahan yang akan terjadi kemudian apabila stressor dapat dating secara intens dan dalam jangka waktu yang cukup lama.
B. Kaitan stres dengan psikologi linkungan
Zimring (dalam Prawitasari, 1989) mengajukan dua pengandaian. Yang pertama, stres dihasilkan oleh proses dinamik ketika orang berusaha meperoleh kesesuian antara kebutuhan-kebutuhan dan tujuan dengan apa yang disajikan oleh lingkungan. Proses ini dinamik karena kebutuhan-kebutuhan individual sangat bervariasi sepanjang waktu dan berbagai macam untuk masing-masing individu. Cara-cara penyesuaian atau pengatasan masing-masing individu terhadap lingkungannya juga berbagai macam.
Stress yang diakibatkan oleh kepadatan dalam ruang dengan penilaian kognitif akan mengakibatkan denyut jantung bertambah tinggi dan tekanan darah menaik, sebagai reaksi stimulus yang tidak diinginkn. Dengan kondisi tersbut, maka seseorang berusaha mengatasi siatuasi stres. Dalam berbagai kasus, stimulus yang tidak menyenangkan tersebut muncul berkali-kali sehingga reaksi terhadap stres menjadi berkurang dan melemah.
Proses ini secara psikologis dikatakan sebagai adaptasi. Hal ini terjadi karena sensitivitas neuropsikologis semakin melemah dan melalui penelitian kognitif situasi stress tersebut berkurang (Iskandar, 1990).
Bagunan yang tidak memperhatikan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial akan merupakan sumber stress bagi penghuninya. Apabila perumahan tidak memperhatikan kenyaman penghuni, misalnya pengaturan udara yang tidak memadai, maka penghuni tidak dapat beristirahat dan tidur dengan nyaman. Akbibatnya, penghuni sering lelah dan tidak dapat bekerja secara efektif dan ini akan mempengaruhi kesehatan fisik maupun mental.
C. Stres mempengaruhi perilaku individu
Stres bisa mempengaruhi perilaku individu. Contohnya adalah ketika kita bertetangga dengan keluarga yang selalu iri dengan apa yang kita punya, hal itu akan sangat menganggu karena rasa iri itu bisa berubah menjadi omongan-omongan yang tidak sedap yang di lontarkan pada pihak yang tidak bertanggung jawab. Perilaku kita yang mungkin semula merespon baik terhadap keluarga itu berubah seketika karena hadirnya rasa iri yang tidak tertahan lagi dan kemungkinan untuk menghindar sangat besar.
Mustafiet, Khoirun. M. Takdir 13 skala richter. Tangerang : Qultumedia.
Anonim. (2011). Stres. http:wikipedia.org.
Prabowo, Hendro. (1998). Arsitektur, Psikologi dan Masyarakat. Depok : Universitas Gunadarma.
Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau sulit. Stress membuat tubuh memproduksi hormone adrenalin yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Stress merupakan bagian dari kehidupan manusia. Stress yang ringan berguna dan dapat memacu seseorang untuk berpikir dan untuk berusaha lebih lagi sehingga bisa menjawab segala tantangan yang terjadi. Stress bukan saja kondisi yang menekan seseorang ataupun keadaan fisik atau psikologis seseorang maupun reaksinya terhadap tekanan tetapi stress adalah keterkaitan antara ketiga komponen yaitu stimulus, respon, dan proses (Prawita, 1989).
1. Stimulus
Keadaan atau situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau berbahaya yang menghasilkan perasaan tegang disebut stressor. Beberapa ahli yang menganut pendekatan ii mengkategorikan stressor menjadi tiga :
• Peritiwa katastopik, misalnya angina tornado dan gempa bumi
• Peristiwa hidup yang penting, misalnya kematian orang yang dicintai
• Keadaan kronis, misalnya dalam kondisi keseksakan atau kebisingan
2. Respon
Respon adalah reaksi seseorang terhadap stressor. Untuk itu dapat diketahui dari dua komponen yang saling berhubungan, yaitu komponen psikologis dan fisiologis.
• Komponen psikologis, seperti perilaku, pola piker dan emosi
• Komponen fisiologis yaitu detak jantung, keringat
3. Proses
Stres sebagai suatu proses terdiri dari stressor dan strain ditambah dengan satu dimensi penting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang berkelanjutan, yang disebut dengan istilah transaksi antara manusia dengan lingkungan, yang didalamnya termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang lain merasakannya.
Terdapat tiga model stres (Cox dalam Crider dkk, 1983), yaitu :
a. Respon-based model
Model ini mengacu pada sekelompok gangguan kejiwaan dan respon-respon psikis yang timbul pada situasi sulit. Model ini mencoba mengidentifikasikan pola-pola kejiwaan dan respon-respon kejiwaan.
b. Stimulus-based model
Tiga karakteristik penting dari stimuli stress adalah sebagai berikut :
o Overload, karakteristik ini diukur sebagai sebuah stimulus dating secara intens dan individu tidak dapat mengadaptasi lebih lama lagi
o Conflict, diukur ketika sebuah stimulus secara stimulant membangkitkan dua atau lebih respon yang tidak berkesesuaian.
o Uncontrollability, merupakan peristiwa-peristiwa dari kehidupan yang bebas atau tidak tergantung pada perilku dimana perilaku pada situasi ini menunjukkan tingkat stress yang tinggi.
c. Interactional model
Model ini adalah perpaduan dari respon-based model dan stimulus-based model.
Sumber-sumber potensi stres
a. Faktor lingkungan
Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres para karyawan dan organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika ekonomi memburuk orang merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaannya.
b. Faktor organisasi
Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan stres. Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi.
Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan individual, kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Sebagai contoh, bekerja di ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang selalu terganggu oleh suara bising dapat meningkatkan kecemasan dan stres. Dengan semakin pentingnya layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional bisa menjadi sumber stres. Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran menciptakan ekspektasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi.
Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan. Tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat meyebabkan stres, terutama di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
c. Faktor pribadi
Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres. Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan. Studi terhadap tiga organisasi yang berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala stres yang dilaporkan sebelum memulai pekerjaan sebagian besar merupakan varians dari berbagai gejala stres yang dilaporkan sembilan bulan kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren untuk mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor individual yang secara signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang. Artinya, gejala stres yang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu.
Jenis Stres
Selye mengidentifikasikan tiga tahap dalam respon sistematik tubuh terhadap kondisi-kondisi penuh stress, yang diistilahkan General Adaptasion Syndrome (GAS). Tahap pertama adalah alarm reation dari system saraf otonom termasuk di dalamnya peningkatan sekresi adrenalin, detak jantung, tekanan darah dan otot menegang. Tahapan kedua diikuti oleh tahapan resistance atau adaptasi yang didalanya termasuk berbagai macam coping secara fisik. Tahap ketiga yaitu exhaustion atau kelelahan yang akan terjadi kemudian apabila stressor dapat dating secara intens dan dalam jangka waktu yang cukup lama.
B. Kaitan stres dengan psikologi linkungan
Zimring (dalam Prawitasari, 1989) mengajukan dua pengandaian. Yang pertama, stres dihasilkan oleh proses dinamik ketika orang berusaha meperoleh kesesuian antara kebutuhan-kebutuhan dan tujuan dengan apa yang disajikan oleh lingkungan. Proses ini dinamik karena kebutuhan-kebutuhan individual sangat bervariasi sepanjang waktu dan berbagai macam untuk masing-masing individu. Cara-cara penyesuaian atau pengatasan masing-masing individu terhadap lingkungannya juga berbagai macam.
Stress yang diakibatkan oleh kepadatan dalam ruang dengan penilaian kognitif akan mengakibatkan denyut jantung bertambah tinggi dan tekanan darah menaik, sebagai reaksi stimulus yang tidak diinginkn. Dengan kondisi tersbut, maka seseorang berusaha mengatasi siatuasi stres. Dalam berbagai kasus, stimulus yang tidak menyenangkan tersebut muncul berkali-kali sehingga reaksi terhadap stres menjadi berkurang dan melemah.
Proses ini secara psikologis dikatakan sebagai adaptasi. Hal ini terjadi karena sensitivitas neuropsikologis semakin melemah dan melalui penelitian kognitif situasi stress tersebut berkurang (Iskandar, 1990).
Bagunan yang tidak memperhatikan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial akan merupakan sumber stress bagi penghuninya. Apabila perumahan tidak memperhatikan kenyaman penghuni, misalnya pengaturan udara yang tidak memadai, maka penghuni tidak dapat beristirahat dan tidur dengan nyaman. Akbibatnya, penghuni sering lelah dan tidak dapat bekerja secara efektif dan ini akan mempengaruhi kesehatan fisik maupun mental.
C. Stres mempengaruhi perilaku individu
Stres bisa mempengaruhi perilaku individu. Contohnya adalah ketika kita bertetangga dengan keluarga yang selalu iri dengan apa yang kita punya, hal itu akan sangat menganggu karena rasa iri itu bisa berubah menjadi omongan-omongan yang tidak sedap yang di lontarkan pada pihak yang tidak bertanggung jawab. Perilaku kita yang mungkin semula merespon baik terhadap keluarga itu berubah seketika karena hadirnya rasa iri yang tidak tertahan lagi dan kemungkinan untuk menghindar sangat besar.
Mustafiet, Khoirun. M. Takdir 13 skala richter. Tangerang : Qultumedia.
Anonim. (2011). Stres. http:wikipedia.org.
Prabowo, Hendro. (1998). Arsitektur, Psikologi dan Masyarakat. Depok : Universitas Gunadarma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar